New Normal di Bidang Pendidikan Dinilai Sebaiknya Jangan Terburu-Buru. Begini Penjelasannya!

Belakangan ini wacana new normal semakin ramai menjadi perbincangan di tengah pandemi virus Corona (Covid-19). Sementara itu, hal ini juga menjadi perdebatan di bidang pendidikan, tak sedikit dari orangtua murid mulai dibuat khawatir anaknya kembali bersekolah.

Mengutip dari Tirto.id, salah satu orangtua murid Susi berang bukan kepalang saat mendengar kabar bahwa pemerintah pusat akan kembali membuka sekolah. Ia khawatir anak-anaknya, yang duduk dibangku SD, SMP, dan SMA akan tertular Covid-19.

Pendapatnya tentang pembukaan sekolah pada masa pandemi, yang merupakan bagian dari new normal atau kelaziman baru, sederhana tapi masuk akal: “Katanya pertimbangannya soal ekonomi, kalau begitu kantor-kantor aja yang dibuka, kenapa anak-anak harus disuruh sekolah juga?”

Pada 2 Mei lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan sekolah “mungkin sebagian terbuka dalam waktu dekat.” Sekolah yang dibuka pertama-tama adalah SD. “Setelah itu mungkin nanti berlanjut dengan pembukaan kembali SMP, SMA, dan seterusnya.”

Saat itu Luhut memang tidak menjabarkan lebih banyak, tapi memang pemerintah sedang membahas opsi tersebut. Pada 9 Mei, Plt Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad mengatakan mereka sedang mengkaji pembukaan sekolah pada pertengahan Juli “di daerah yang sudah dinyatakan aman dari COVID-19.”

Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriawan Salim menilai keputusan pembukaan sekolah harus dipertimbangkan matang dan berdasarkan berbagai data epidemiologis yang akurat.

“Keselamatan dan kesehatan siswa dan guru adalah yang utama, menjadi prioritas,” katanya. Ini penting karena mengacu negara lain seperti Finlandia, Perancis, dan Korea Selatan penyebaran kembali terjadi setelah sekolah dibuka meskipun dengan penerapan protokol kesehatan.

Keputusan itu pun membutuhkan koordinasi solid antara pemerintah pusat dan daerah, termasuk soal pihak yang berhak memutuskan. Satriwan memberi contoh, Pemerintah Kota Bukittinggi sudah menyatakan sekolah menengah akan dibuka pada Juli, bertolak belakang dengan pernyataan Menteri Nadiem. Menurutnya pernyataan-pernyataan ini membuat masyarakat bingung.

Karenanya Satriwan menyarankan agar pembelajaran jarak jauh dilanjutkan hingga satu semester ke depan atau hingga Desember 2020. “Ini bertujuan agar sekolah benar-benar bersih dan terjaga dari COVID-19,” kata dia.

Sumber : Tirto.id

Leave a Comment

Back to top